Jumat, 20 Maret 2015

Ekosistem Pesisir & Sumber Daya



Pesisir dalam pengertian secara umum merupakan kawasan peralihan antara daratan dan lautanatau daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir terdiri dari beberapa ekosistem dengan komposisi penyusun ekosistem yang berbeda. Ekositem yang dapat kita temukan di wilayah pesisir antara lain ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang. Pada tiap ekosistem disusun oleh komponen yang berbeda, ini yang menjadikan pesisir memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Ekosistem mangrove
Sumber:libregraphics.asia
 Merupakan ekosistem yang menandai perbatasan antara zona terestrial dengan zona perairan. Beberapa jenis hewan yang bisa dijumpai pada ekosistem mangrove antara lain dari jenis serangga misalnya semut (Oecophylla sp.), ngengat (Attacu sp.), kutu (Dysdercus sp.); jenis crustasea seperti lobster lumpur (Thalassina sp.); jenis laba-laba (Argipe sp., Nephila sp., Cryptophora sp.); jenis ikan seperti ikan glodok (Periopthalmodon sp.), ikan sumpit (Toxotes sp.); jenis reptil seperti kadal (Varanus sp.), ular pohon (Chrysopelea sp.), ular air (Cerberus sp.); jenis mamalia seperti berang-berang (Lutrogale sp.), tupa (Callosciurus sp.), golongan primata (Nasalis larvatus) dan masih banyak lagi seperti nyamuk, ulat, lebah madu, kelelawar dan lain-lain (Murdiayanto, 2003). 

Ekosistem padang lamun
Sumber: www.terangi.or.id
 Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustacea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001). Lebih jauh lagi kerah laut akan dapat kita temukan ekosistem yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun internasional. 

Ekosistem Terumbu Karang
Sumber: ngsuyasa.wordpress.com
Terumbu karang, dengan daya tarik yang luar biasa mampu menarik wisatawan pecinta diving dari seluruh dunia untuk datang ke Indonesia. Terumbu karang merupakan ekosistem khas daerah tropis dengan pusat penyebaran di wilayah Indo-Pasifik. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998). Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Ekosistem pesisir diciptakan sangat ideal untuk melindungi kawasan tersebut dari ancaman. Hutan sagu, nipah dan mangrove merupakan filter alami penyaring sedimentasi dari darat sehingga melindungai kawasan lamun dan terumbu karang yang rentan terhadap sedimentasi dari kerusakan. Sebaliknya, ancaman intrusi air laut ke darat juga bisa disaring oleh ekosistem hutan mangrove, nipah dan sagu pesisir, sehingga sumber air bersih sumur masyarakat, lahan pertanian dan sawah di pesisir yang merupakan sumber kehidupan masyarakat tidak terganggu (www.kehati.or.id).
Estuaria
Sumber: bp3ambon-kkp.org
 Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut.
Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif yang setaraf dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena Estuaria berperan sebagai jebak zat hara yang cepat didaurulang. Beragamnya komposisi tumbuhan di estuaria baik tumbuhan makro (makrofiton) maupun tumbuhan mikro (mikrofiton), sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang tahun. Adanya fluktuasi permukaan air terutama akibat aksi pasang-surut, sehingga antara lain memungkinkan pengangkutan bahan makanan dan zat hara yang diperlukan berbagai organisme estuaria.
Secara umum estuaria mem­pu­nyai peran penting sebagai berikut:
Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal circulation)
Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang dan lain-lain) yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan.
Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.

Sumberdaya yang dapat diperbaharui
Perikanan (Tangkap, Budidaya, dan Pascapanen), Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri Bioteknologi Kelautan dan Pulau-pulau kecil.

Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti
Minyak bumi dan Gas, Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta Karun.
Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan Kepelabuhanan serta Penampung (Penetralisir) limbah.
Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)
Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan meliputi; Perikanan Laut (Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan lainnya), Mariculture (rumput laut, ikan, dan kerang-kerangan serta Mutiara, Perairan Umum, Budidaya Tambak, Budidaya Air Tawar dan Potensi Bioteknologi Kelautan.
Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource)
Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral dan bahan tambang yang besar. Potensi kekayaan tambang dasar laut seperti aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium, vanadium.
Sumberdaya pesisir dan laut menyimpan potensi yang sangat strategis dalam peningkatan pembangunan kawasan timur Indonesia.  Namun demikian, pemanfaatan sumberdaya tersebut belum menunjukkan adanya suatu keseriusan upaya yang optimal dan lestari. Banyaknya ekosistem yang berada didaerah pantai menggambarkan betapa tingginya daya dukung lingkungan pesisir dan laut  terhadap kehidupan masyarakat.  Peningkatan pertumbuhan masyarakat pesisir yang sangat signifikan mendorong upaya pemanfaatan sumberdaya pesisir begitu tinggi dan menyisakan degradasi yang mulai parah.
Beberapa kegiatan yang dapat merusak sumberdaya pesisir dan laut diantaranya :
1.      Kegiatan reklamasi pantai  dapat membunuh jutaan bibit ikan dan hewan laut ekonomis sebagai akibat penimbunan ekosistem lamun. Ekosistem lamun merupakan daerah pembesaran bagi ikan-ikan kecil dan hewan laut lainnya karena menyimpan berjuta makanan yang sangat sesuai untuk ikan-ikan kecil dan hewan ekonomis lainnya.
2.      Konversi Hutan mangrove sebagai lokasi pertambakan dan lokasi pemukiman mendorong degradasi hutam mangrove hingga ribuan  hektar di seluruh kawasan Timur Indonesia.
3.      Penggunaan Bom dan bahan beracun
Sebagian besar masyarakat pesisir sulit untuk menerima masukan yang sifatnya hanya penyuluhan semata tanpa dibarengi dengan intensitas pemberian yang terus menerus. Untuk itu pendekatan strategis yang dapat dilakukan untuk dapat memberikan perubahan pemahaman bagi masyarakat pesisir  adalah dengan pendekatan cultural yang benar-banar berbasis pada kebutuhan masyarakat. Masyarakat akan didorong untuk memanfaatkan sumberdaya secara arif dan bijaksana sehingga keberlangsungan sumberdaya pesisir dan laut dapat terus berlangsung.

Referensi
diakses tanggal 19 Maret 2015.
www.kehati.or.id  diakses tanggal 20 Maret 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar